PENGANTAR


Dari sekian banyak teori penelusuran etimologi ttg tasawuf, paling tidak ada dua teori yg umum disepakati para penulis tasawuf:


1. Tasawuf diambil dari kata SHUF yg berarti wol atau kain dari bahan bulu kasar, krn para sufi banyak yg suka memakai pakaian tersebut sebagai lambang kemiskinan dan kesederhanaan.


2. Dari kata SHUFFAH artinya pelana kuda yg dipergunakan para shahabat muhajirin sebagai bantal tidur di atas bangku batu di serambi Masjid Nabawi. dalam versi lain juga dimaknai serambi masjid.. Para shahabat muhajirin tsb juga diapanggil dengan sebutan Ahlu Ash-Shuffah.. (ensiklopedia Islam, juga terdapat dalam Ahmad Daudy, Kulilah Ilmu Tasawuf).


Berbeda dengan ilmu2 lain, tasawuf murni bersifat amal batiniyah yg antara sufi yg satu dengan lainnya memiliki pengalaman batin yg berbeda, sehingga definisi tasawuf yg mereka utarakan pun berbeda pula, terkadang terasa asing dan sulit kita fahami, karena mereka mengatakan hal tersebut bisa saja dalam keadaan syuthuh atau fana. berikut penulis paparkan perkataan salik tasawuf:


Dzu al-Nun al-Misri berkata: "Orang sufi adalah orang bila ia berkata nyatalah pembicaraannya tentang hakikat, dan apabila ia diam, anggota badannya berbicara tentang putus hubungan (dengan makhluq)...."


Samnun al-Muhib ketika ditanya tentang tasawuf menjawab: "Bahwa engkau tidak memiliki sesuatu dan tidak dimiliki sesuatu..."


Sirri al-Saqthi berkata: "Tasawuf adalah suatu nama bagi tiga makna; yaitu nur ma;rifahnya tidak memadamkan nur wara'nya; tidak berbicara ttg ilmu batin (hakikat) yg berlawanan dengan al_qur'an dan sunnah dan tidak terbawa oleh karomahnya untuk melanggar larangan Allah swt..."


Abu Bakar as-Syibli berkata: "Tasawuf itu syirik karena ia menjaga hati dari melihat yg lain (selain Allah) dan (pada hakikatnya) tidak ada yg lain.."


Abu Bakar Aceh mengatakan bahwa hakikat tasawuf adalah mencari jalan untuk memperoleh kecintaan dan kesempurnaan rohani. oleh karenanya ia merupakan sebuah proses. jadi tasawuf pada zatnya pindah dari suatu hal keadaan ke hal keadaan yg lain, pindah dari alam kebendaan bumi ke alam kerohanian langit (Abu Bakar Aceh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf).


Perjalanan batin para sufi sendiri sangatlah unik, bagaimana (misalnya) al-Ghazali dari seorang intelektual yg dikelilingi gemerla dunia kemudian berbalik menjadi sufi yg tenggelam dalam ma'rifat. atau Rabiah el-Adawiyah dari seorang budak (ada yg bilang penghibur) menjadi pecinta sejati kepada Allah (mahabbah). Juga Ibn Araby yg pada mudanya merupakan ilmuwan terkenal, namun kemudian ia berpaling dari kebendaan dan tenggelam dalam wahdatul wujud. Atau yg penulis saksikan sendiri bagaiman Harun Nasution (Prof. DR.) seorang guru besar filsafat islam yg terkenal dengan pemikirannya yg "liar' kemudian menjelang masa tuanya beralih menjadi sangat sederhana sekali hidupnya (zuhud).


Karena sulitnya memberi definisi tasawuf yg lengkap (syamil) , Abu al-Wafa al-Ghanimi at-Taftazzani dalam bukunya Madkhal ila at-Tasawuf al-Islami hanya memperbincangkan lima karakter umum tasawuf berikut:


"Tasawuf mempunyai lima ciri umum, yaitu: (1) memiliki nilai2 moral, (2) pemenuhan fana (sirna) dalam realitas mutlak (wujud alhaqiqi), (3) pengetahuan intuitif langsung (laduny: pen), (4) timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia Allah swt dalam diri sufi karena tercapainya maqomat, dan (5) penggunaan simbol2 pengungkapan yg biasanya mengandung pengertian harfiyah dan tersirat (seperti idiom ma'rifat, mahabbah, mi;raj, hulul dan sebagainya).


BERMULA DARI ZUHUD


kEHIDUPAN keagamaan yg lebih mementingkan kesucian batin dengan jalan menjauhkan diri dari keduaniaan sudah banyak dikenal pada agama2 sebelum Islam, baik ardli atau samawi (kadung umum dipakai dikotomi ini, penulis ngikuti aja).. Bahkan Qur'an banyak bercerita ttg orang2 shaleh terdahulu, semisal dalam surat Al-Kahfi ayat 65 tentang pertemuan Nabi Musa as dan Nabi Khidir as. diceritakan bahwa Khidir merupakan hamba pilihan yg diberi hikmah dan ilmu langsung dari sisi-Nya (min ladunnaa 'ilmaa). Abdurrahman Abdul Khaliq dalam bukunya al-fikr ash-shufi fi dhoui al-kitab wa as-sunah mengatakan bahwa kisah tentang Nabi Khidir oleh kaum sufi dijadikan sebagai salah satu dasar akidah, terutama dalam hal ilmu batin dan kewalian..


Istilah Tasawuf baik sebagai ilmu atau ajaran, tidak dikenal pada generasi Islam pertama (shahabat dan tabiin). Namun benih2 kehidupan tasawuf sudah nampak pada masa itu, yg tercermin dalam istilah pelakunya yg disebut zahid, nasik, 'abid, faqir, wara'.


Rasulullah saw sendiri dalam kehidupan sehari2nya sangatlah zahid dan seorang ahli ibadah ('abid) serta berakhlaq mulia. diceritakan dalam hadits riwayat Tabrani bahwa disamping banyak melakukan shalat, Beliau saw melakukan dzikir 70 kali stiap hari, dalam riwayat Muslim dikatakan 100 kali setiap hari. Dalam hadits lain (yg populer dikalangan sufi) diceritakan bahwa Beliau dalam keadaan majdub dalam bermunajat kepada Allah (suatu waktu) hingga lupa pada Aisyah, Nabi bertanya "siapa engkau?" Aisyah menjawab "saya Aisyah" Nabi bertanya pula "Siapa Aisyah?" dijawab "anak As-Sidiq" Nabi bertanya lagi "Siapa as-Sidiq?" Aisyah menjawab "Abu Bakar" Nabi bertanya lagi "Siapa Abu Bakar?" Selanjutnya Aisyah tak menjawab krn tahu Beliau sedang tenggelam bermunajat.


Kehidupan Zuhud juga sangat populer di kalangan shahabat dan tabiin. Pada periode Madinah sendiri dikenal kelompok Ahl As-Shufah, dalam sejarah juga kita tahu bagaimana kehidupan Khalifah Rasyidah dan shahabat besar lainnya merupakan cermin sejati kehidupan zuhud.. Diantara mereka adalah Huzaifah bin Yaman yg memiliki keistimewaan diwarisi Rasulullah pengetahuan ttg ciri2 munafiq yg tidak dimiliki shahabat lain. Kemudian ada Abu Dzar al-Ghifari seorang prototipe faqir dan zahid sejati yg mengobarkan penentangan maksiat pada khalifah2 Bani Umayyah serta yg menyuburkan kehidupan zuhud di kalangan moslemen. pada periode tabiin ada kelompok TAWWABUN yg dipimpin Mukhtar bin Ubaid, orang2 kuffah yg awalnya mendukung Muawiyah, namun ketika terjadi pembantaian Husein di Karbala mereka menyesal dan kemudian tenggelam dalam ritual ibadah dan pembersihan diri..


Ada beberapa faktor yg mendorong kaum Moslemen (terutama masa Umayyah) untuk tenggelam dalam kehidupan zuhud, paling tidak diantaranya adalah :


1. Ajaran ISlam


Sebagaimana kita maklumi bahwa ada banyak sekali ayat-ayat Qur'an atau Hadits yg memperingatkan moslemen untuk waspada terhadap keduniaan dan mendorong mereka untuk berperilaku WARA' dan TAQWA serta mendekatkan diri kepada Allah (taqorub) dengan memperbanyak ibadah (dalam arti sempit) dan dzikir, seperti tertera dalam surat alahzab: 41-42: "hai orang2 yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yg sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepadaNya waktu Pagi dan Petang".


2. Faktor Sosial dan Ekonomi


Seiring dengan meluasnya wilayah Daulah Islam ke daerah2 subur, maka kemakmuran moslemen pun meningkat. Pada awalnya mereka hidup sederhana di daerah gersang, namun kemudian beralih pada kemakmuran dengan kekayaan melimpah. Keadaan tsb banyak menyeret moslemen (elite) tenggelam dalam buaian duniawi yg cenderung melupakan kehidupan agama. Keadaan ini membuat sebagian shahabat dan tabiin yg taqwa dan wara' masygul serta membenci pola hidup seperti itu..


3. Konflik Politik


Terbunuhnya Ustman bin Affan, merupakan tonggal intrik politik dalam kehidupan moslemen yg diwarnai perang saudara yg berkepanjangan, moslemen terkotak2 dalam firqoh2 yg saling berlawanan. dalam suasana chaos sperti itu, muncul kelompok moslem yg netral dan memilih menyibukkan diri dengan ibadah, tak mau terlibat dalam hingar bingar politik. Diantaranya adalah kelompok Mu'tazilah, menurut Abu Husein al-Malati, mereka adalah kelmpok netral yg mengucilkan diri dari perselisihan Hasan bin Ali dengan Muawiyah. Cikal bakal firqoh ini adalah golongan yg dipimpin Sa'ad bin Malik, Sa'ad bin Waqas, Abdullah bin Umar, Muhammad ibn Muslimah dan Usamah ibn Zaid yg setelah membaiat Ali ra mereka berdiri netra dan berkata "Tidak syah memerangi Ali dan berperang bersamanya". Firqoh ini moyang dari mu'tazilah yg berhaluan liberal.


4. Pengaruh Budaya Asing.


Diceritakan dalam surat al-maidah: 82-83 bahwa orang2 yg paling dekat persahabatannya dengan mu'minin adalah para pendeta (rahib) Nashrani. Mereka adalah orang2 shaleh dan zuhud. sedikit banyak, cara hidup mereka menginspirasi kehidupan kerohanian kaum muslimin. pada tahap selanjutnya, seiring dengan banyaknya pengetahuan luar yg masuk, terutama dari india dan yunani, perlahan mempengaruhi corak pemikiran dan peta kehidupan rohani moslemen, hingga memunculkan istilah dan ajaran mistisisme islam (tasawuf).


kehidupan Zuhud generasi pertama ISlam mempunyai ciri diantaranya:


1. dari segi ibadah tampak dalam berbagai dzikir dan shalat sunnah


2. segi Akhlaq terlihat pada kesungguhan keikhlasan dalam bingkai tawakal yg kemudian menjadi corak akhlaq sufi pada umumnya.


peralihan dari konsep zuhud ke tasawuf baru terlihat pada akhir atau pertengahan abad ke 2 Hijriyah. Konsep zuhud berkembang sedimikian rupa (seiring masuknya faham2 baru) menjadi tasawuf, yg kemudian ilmu syariat terpecah menjadi dua bagian, yaitu ILMU FIQH yg membahas huukum2 syariat secara dlahir dan ILMU TASAWUF yg membahas rahasia syariat ya esoterik.


menurut Abu Bakar Aceh, bahwa orangn yg pertama2 mengenalkan tasawuf dari generasi tabiin Hasan Basri yang merupakan murid dari Huzaifah bin Yaman, yg mendasarkan konsep zuhud pada KHAUF dan ROJA'. ia banyak menghabiskan waktu dalam KHANAT (tapa) bersama murid2nya untuk dzikir. Diantara tokoh sufi generasi awal (2 H) adalah Ibrahim bin Adam al-Khuarasani putra raja Balkh (afghanistan), Imam Fudail bin Iyad al-Khurasani serta Rabiah el-Adawiyah pencetus MAHABBAH.


Abdurrahman Abdul Khaliq menulis bahwa akhir abad 2 H muncul sebuah kelompok di Mesir yg secara khusus mengamalkan amalan batin diantaranya dengan muhasabah an-nafs, dzikir dan bersenandung, seperti dijumpai Syafii dan Imam Ibn Hanbal. Kelompok ini oleh ulama disebut AL_ZANADIQOH atau AL_MUTASHAWWIFAH. puncak penyebaran tasawuf terjadi abad 3 dan 4 H, terutama setelah muncul al-Halaj.. patut dicatat bahwa pencetus tasawuf mayoritas bangsa azam (non arab).


pada periode ini pula (3 - 4 H), tasawuf terbagi pada dua kategori, yaitu TASAWUF SUNNY dan TASAWUF FALSAFY, dimana abad ini merupakan puncaknya tasawuf falsafy dengan munculnya tokoh2 seperti Dzu alNun alMisry (Ma'rifat), Abu Yazid al_Bustamy (assakr dalam Ittihad), Husain bin Mansur al-Halaj (Hulul).. Kemapanan tasawuf pada periode ini juga ditandai dengan munculnya tareqat2 sufi dalam bentuk perguruan tasawuf yang mengambil tempat tersendiri di ribat, khanat atau khanqah (padepokan).


Pada periode abad 5 H, sepeninggal Al-Halaj, trend tasawuf beralih pada aliran tasawuf sunny, seiring dengan kejayaan asy'ariyah dalam theologi dan tersingkirnya ahli filsafat dari medan pemikiran islam.. Kejayaan taswuf sunny terutama setelah muncul Imam al-ghazali. Pembahasn tasawuf dalam periode ini banyak berbicara tentang maqomat sebagai tingkatan perjalanan ruhani sufi.


pada abad 6 dan 7 H, kejayaan tasawuf falsafy kembali bangkit dengan munculnya tokoh seperti Ibn Araby pencetus WAHDATUL WUJUD, Ibn al-Farid, dan Jalaluddin ar-Rumy..

wallahu 'alam...

sumber:

Abdur Rahman Abdul Khaliq, al-Fikr ash-Shufi fi Dhoi al-Kitab wa as-Sunah, Kairo: Darul Haramain li ath-thaba'ah..

Prof. Dr. Abu Bakar Aceh, Pengantar Sejarah Sufi dan tasawuf, Solo: Ramadhani

Ensiklopedia Islam.

0 Komentar:

Posting Komentar

 
Top